Mengungkap Mitos atau Fakta Detoksifikasi Tubuh

Pada umumnya dokter dan ahli kesehatan berpendapat bahwa ginjal dan hati manusia sudah cukup berperan melakukan detoksifikasi alami tubuh.
Istilah detoksifikasi tidak dikenal dalam dunia medis. Banyak produk yang dijual di pasaran berlabel detoks ternyata juga tidak didasari oleh bukti medis yang jelas. Begitu juga dengan perawatan seperti pijat dan yoga yang ditujukan untuk detoks. Detoksifikasi yang disebut-sebut dapat dilakukan lewat konsumsi jus buah juga ternyata tidak didukung fakta medis.
Detoks Sekedar Mitos?
Ide bahwa manusia dapat “mencuci” atau membersihkan organ tubuhnya dengan detoks sebenarnya tidak didukung latar belakang medis. Menurut Profesor Universitas Exeter, Edzard Ernst, detoksifikasi sebenarnya dapat diidentifikasi menjadi dua jenis:
- Perawatan kesehatan bagi orang yang nyawanya terancam karena kecanduan obat.
- Detoksifikasi untuk orang awam yang gencar dipromosikan.
Menurut Ernst, manusia dapat meninggal jika memang benar ada racun yang tak dapat dicerna dan dikeluarkan tubuh sehingga perlu detoks. Namun hal ini tak akan terjadi karena manusia telah memiliki paru, kulit, hati, dan ginjal yang dapat melakukan detoks secara alami.
Hati berperan menjadi organ yang menyaring darah dan menghilangkan kelebihan air dan sisa limbah dari tubuh. Organ ini mencegah patogen memasuki pembuluh darah dan membantu ubuh menghilangkan kelebihan nitrogen.
Selain itu, ginjal juga menangani dua proses pemecahan racun dan bahan kimia. Pada proses pertama, racun dinetralkan dan dipecah menjadi bagian-bagian lebih kecil. Sementara pada proses kedua, fragmen ini melekat pada molekul tidak beracun yang kemudian dapat dieksresikan pada empedu, tinja, dan urine.
Sementara itu usus telah dilengkapi dengan mekanisme alami untuk menghindari penumpukan racun sebagai berikut.
- Membran mucus usus menjaga agar tidak ada substansi yang tidak diinginkan masuk ke dalam jaringan tubuh dan darah.
- Bakteri alami usus dapat menghilangkan substansi yang tidak dibutuhkan.
- Sel mati pada usus akan meluruh setiap tiga hari sekali sehingga menghindari penumpukan zat berbahaya.
Detoks yang Tepat
Menurut Mayo Clinic, bahan-bahan yang disebut-sebut dapat membersihkan usus seperti enema, obat herbal, dan obat pencahar, ternyata tidak terbukti manfaatnya secara medis.
Membersihkan usus bahkan dapat menjadi berbahaya karena dapat membunuh mikroba baik dan menyebabkan bakteri jahat seperti Clostridium difficile masuk ke tubuh dan menimbulkan penyakit. Proses ini juga dapat memicu efek samping seperti diare dan muntah. Produk detoks seperti tablet yang diklaim membersihkan usus ada kalanya justru juga berisiko menyebabkan gangguan pada organ tersebut.
Lalu apakah ada cara yang dapat kita lakukan untuk melakukan detoks? Detoks terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perubahan gaya hidup seperti berolahraga dan pola makan sehat. Selain itu Anda dapat mendukung organ tubuh melakukan detoks alami dengan lebih baik.
Untuk mendukung kerja hati, tubuh memerlukan nutrisi tertentu seperti vitamin B, A, C, E, flavonoid, asam amino, dan banyak nutrisi lain. Menghindari konsumsi makanan yang diproses dan makanan kemasan, minuman keras, dan makanan yang kaya gula juga dapat membantu proses kerja organ hati.
Lebih baik untuk secara konsisten menghindari konsumsi makanan dan minuman yang kurang baik untuk tubuh daripada bergantung pada bahan makanan atau minuman tertentu untuk detoks seperti air lemon misalnya.
Selain itu ginjal bisa jadi tidak bekerja dengan baik pada orang yang mengalami gangguan kesehatan tertentu seperti hepatitis. Beberapa bahan makanan yang mengandung bahan seperti zat besi, tembaga, dan vitamin A bahkan juga dapat menjadi beracun jika dikonsumsi dalam kadar tinggi.
Mengonsumsi makanan tertentu untuk membersihkan racun dari tubuh juga tidak selalu menjadi langkah tepat. Hal yang terpenting adalah mengonsumsi berbagai jenis makanan agar mendapat beragam nutrisi dan manfaat maksimal.